Senin, 09 Juli 2012

Tugas Akhir






 TUGAS AKHIR MEMBACA KOMPREHENSIF

Resensi Buku Non Fiksi
(Buku Analisis & Kesantunan Berbahasa)







Identitas Buku :
Nama Pengarang         : Markhamah, dkk.
Tahun Penerbit            : 2009
Judul Buku                  : Analisis & Kesantunan Berbahasa
Kota Terbit                  : Surakarta
Penerbit                       : Muhammadiyah University Press
Tebal Buku                  :  192 halaman


Buku : Analisis  Kesalahan & Kesantunan Berbahasa ini berisi 192 halaman yang terdapat 7 bab dan di dalam buku ini membahas tentang Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa yaitu
di Bab-bab dibawah ini :


Bab I
PENDAHULUAN

Bab II
KALIMAT EFEKTIF
A. Ciri Gramatikal Kalimat Efektif
B. Ciri Diktis Kalimat Efektif
C. Penalaran
D. Keserasian

Bab III 
KEPADUAN DAN KETEPATAN MAKNA
A. Kepaduan
B. Ketepatan Makna

Bab IV
KALIMAT BERVARIASI
A. Kalimat Bervariasi Urutan
B. Kalimat Bervariasi Aktif-Pasif
C. Kalimat Bervariasi Berita-perintah-tanya
D. Kalimat Bervariasi Panjang-pendek


Bab V
KESALAHAN STRUKTUR
A. Kesalahan Struktur karena Kerancuan Aktif-pasif
B. Kesalahan Struktur karena Subjek dan keterangan
C. Kesalahan Struktur Karena Pengantar Kalimat
D. Kesalahan Struktur Karena Penghubung  Terbagi yang Kurang Tepat
E. Kesalahan Struktrur karena ketiadaan Induk Kalimat


Bab VI
KESANTUNAN SOSIOLINGUISTIK DALAM TEKS KEAGAMAAN
A. Pengertian Kesantunan Sosiolinguistik
B. Kesntunan Sosiolinguistik dalam Teks Terjemahan Al Quran


Bab VII
A. Pengertian Kesantunan Linguistik
B. Kesantunan Linguistik dalam Terjemahan Al Quran

Buku yang membahas tentang Analisis Berbahasa ini sangat berguna terutama bagi mahasiswa Pendidikan  Bahasa Indonesia. Karena dalam buku ini banyak membahas tentang kebahasaan yaitu tentang Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa.
 
Kelebihan Buku
- Pembaahasn dalam setiap bab sangat jelas dan mudah di fahami karena menggunakan bahasa yang tidak terlalu berbelit-belit.
- Setelah membaca buku ini pembaca akan banyak memperoleh manfaat karena diantaranya pembaca akan lebih memahami tentang kesalahan dan kesantunan berbahasa


Kekurangan Buku
- Buku sebaiknya di beri warna-warna yang cantik pada kolom-kolom tertentu supaya lebih menarik dibaca.

 Ringkasan singkat

Kalimat Efektif

            Dalam berkomunikasi secara lisan seseorang harus memperhatikan kalimat yang diucapkannya. Artinya penutur harus memperhatikan apakah kalimat yang diucapkannya bisa dipahami oleh orang lain dan apakah kalimat yang diucapkan bisa dipahami orang lain apakah kalimat yang diucapkan tidak menimbulkan salah tafsir. Sudahkah kalimat-kalimat kita memenuhi kaidah pemakaian bahasa yang baik. Ketika kita berkomunikasi dengan menggunakan bahsa lisan, kita juga perlu memperhatikan ketepatan, kelaziman, dan kebakuan kata yang kita ucapkan. Sebagai penutur yang baik kita tidak boleh mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak  memenuhi kaidah bahasa Indonesia. Demikian halnya dalam berkomunikasi secara tertulis. Artinya didalam menulis penulis harus memperhatikan kalimat-kalimat yang ditulisnya sehingga orang yang membaca tulisandapat memahami maksud yang akan sisampaikan. Dengan kata lain, kalimat yang kita tulis atau kita ucapkan hendaknya merupakan kalimat yang efektif.
a.       Ciri Gramatikal Kalimat Efektif
Ciri gramatikal adalah ciri yang harus dipenuhi oleh pemakai bahasa dalam kaitan dengan keterbatasan. Ciri ini dapat dilihat dari bidang Morfologi (ciri morfologis) dan bidang Sintaksis (ciri sintaksis).
-          Ciri gramatikal morfologis adalah ciri-ciri yang sesuai dengan kaidah morfologis. Misalnya, ciri-ciri yang berkaitan dengan penggunaan bentuk kata.
-          Ciri gramatikal sintaksis adalah ciri gramatikal yang berkenaan dengan kaidah sintaksis.
b.      Ciri Diktis Kalimat Efektif
Ciri diktis adalah ciri kalimat efektif yang berkaitan dengan pemilihan kata.
Kata yang dirangkai menjadi suatu kalimat merupakan kata-kata yang : (1) tepat bentuknya, (2) seksama (sesuai), dan (3) lazim.

Kalimat efektif menurut Soedjito adalah kalimat yang memenuhi pedoman pemilihan kata yang tepat. Meliputi : (1) pemakaian kata tutur, (2) pemakaian kata-kata bersinonim,(3) pemakaian kata yang bernilai rasa,(4)  pemakaian kata-kata/istilah asing,(5)  pemakaian kata konkret dan absrtrak,(6) pemakaian kata umumdan khusus,(7) pemakaian kata ideomatik, (8) pemakaian kata-kata yamg lugas.
            Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi penalaran. Kalimat yang memenuhi penalaran artinya kalimat yang secara nalar dapat diterima oleh akal sehat. Kalimat seperti adalah kalimat yang dapat dipahami dengan mudah, cepat, tepat, dan tidak menimbulkan salah pengartian. Kalimat ini juga tidak menimbulkan keraguan bagi pembaca atau pendengarnya. Kalimat ini disebut juga kalimat logis.
            Tercapainya kalimat logis didukung oleh beberapa komponen yaitu : kelogisan hubungan makna antara subjek dengan predikat, kelogisan hubungan makna antara subjek dengan predikat dan pelaku, kelogisan antara predikat dengan pelengkap atau objek. Kalimat efektif  juga harus memenuhi keserasian. Keserasian yang dimaksud disini adalah keselarasan atau kesesuaian situasi dengan ragam bahasa yang digunakan.
Kepaduan Dan Ketepatan Makna
            Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan supaya pemakai bahasa dapat menyusun kalimat yang padu. (1) Tidak meletakkan yang berupa klausa di antara S (subjek) dan P (predikat), (2) Tidak meletakkan keterangan aspek di depan S, (3) Tidak menempatkan keterangan aspek diantara pelaku dan pokok kata kerja yang merupakan kata kerja pasif bentuk diri, (4) Tidak menyisipkan kata depan diantara Pdan O (objek).
            Kalimat efektif adalah kalimat yang tepat maknanya. Ketepatan makna, di samping ditentukan oleh ketepatan letak unsur-unsur kalimat yang akan memantapkan makna, bisa juga ditentukan oleh ketidaan kata yang mubazir (kalimat hemat).
a.       Kemantapan makna kalimat
Kalimat yang maknanya mantap sama dengan kalimat yang tidak goyah maknanya. Kalimat yang mantap maknaya merupakan kalimat yang maknanya tidak mendua. Jadi, kalimat yang maknanya mendua atau bermakna ganda (ambigu) termasuk kalimat yang tidak efektif. Untuk mencapai makna yang mantap penutur atau penulis perlu menempatkan unsur-unsur kalimat pada tempat yang tepat. Selain itu unsur-unsur yang seharusnya ada tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya unsur-unsur yang tidak diperlukan tidak perlu diselipkan dalam kalimat.
b.      Kalimat hemat
Kalimat hemat merupakan kalimat yang tidak menggunakan kata-kata yang mubazir atau kalimat yang tidak mengandung unsur-unsur yang tidak diperlukan. Untuk menyusun kalimat hemat ada beberapa yang perlu diperhatikan. (1) Menghindari penggunaan kata depan yang tidak perlu, (2) Menghindari penggunaan kata yang menyatakan jamak jika sudah ada reduplikasi yang bermakna jamak atau ada kata lain yang bermakna jamak. (3) Menghindari penyebutan unsur-unsur klausa yang sama dalam satu kalimat, (4) Menghindari penggunaan hipernim untuk kata-kata hiponim, (5) Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak diperlukan dalam satu kalimat.
Kalimat Bervariasi
      Keefektifan kalimat, selain dilihat dari ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan, dan kehematan juga dilihat dari ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan, dan kehematan juga dilihat dari kevariasian. Kevariasian memang tidak langsung berdampak pada keselarasan, tetapi lebih berdampak pada ketepataan, gaya, atau keindahan. Kevariasian dapat menghindarkan pendengar dan atau pembaca dari kebosanan. Artinya, seseorang dalam berkomunikasi dituntut memilih kata,klausa,kalimat,bahkan paragraf yang bervariasi.
Kalimat Bervariasi Urutan
      Secara umum kebanyakan kalimat dalam bahasa Indonesia berurutan Subjek-Predikat (S-P). Jika ada Objek dan keterangan urutannya Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (S-P-O-K). Dengan urutan seperti itu, berarti S terdapat pada awal kalimat, P di belakangnya.
      Untuk menghindari kebosanan atau kejenuhan pembaca atau pendengar, pembicara atau penulis yang baik menggunakan urutan yang berbeda dengan urutan S-P-O-K. Urutan yang dipilih diantaranya adalah urutan yang dipilih di antaranya adalah urutan kalimat yang dimulai dengan menempatkan P atau K pada awal kalimat.
      Untuk menghasilkan variasi urutan yang baik, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan. (1) Keterangan kalimat yang letaknya bebas dapat dipertukarkan tempatnya. (2) Objek sebagai bagian dari predikat tidak dapat dipisahkan. (3) Predikat yang berupa verba pasif pelaku orang I dan II dan pokok kata kerja tidak dapat dipisahkan. (4) Predikat yang berupa kata kerja rangkap dapat diverivasikan dengan diinversikan (dibalik susunannya) atau diprolepsisikan (digeser posisinya). (5) Keterangan subjek tidak dipisahkan dengan subjeknya sebagai induknya. (6) Keterangan objek tidak dapat dipisahkan dengan objeknya.
Kalimat bervariasi Aktif-Pasif
      Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatya diisi oleh verba aktif. Verba aktif yang berimbuhan meN- yang bisa diikuti oleg objek (O) atau tidak. Objek adalah nomina yang mengikuti predikat verba transitif. Kalimat pasif adalah kalimat yang predikat diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah veba yang secara morfologis ditandai dengan penggunaan afiks di-,ter- atau pelaku orang I/II + pokok kata kerja. Variasi aktif-pasif adalah variasi yang terjadi  dalam pemakaian bahasa (bisa berupa kalimat atau wacana) yang didalamnya terdapat kalimat yang berwujud kalimat aktif dan kalimat yang berwujud kalimat pasif.
      Untuk mengidentifikasi adanya fariasi aktif-pasif dalam suatu wacana (paragraf) yang perlu dilakukan adalah mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis kalimatnya. Dengan begitu, setiap jenis kalimat perlu diidentifikasi apakah kalimat yang bersangkutan termasuk kalimat aktif atau pasif. Setelah diketahui bahwa kalimat-kalimat pada paragraf atau wacana itu semuanya kalimat aktif atau kalimat pasif barylah dapat ditentukan bahwa pada wacana itu tidajk terdapat variasi aktif –pasif. Selanjutnya, untuk menjadikan paragraf itu paragraf yang mengandung variasi aktif-pasif perlu dilakukan pengubahan sebagian kalimat aktif menjadi pasif atau sebaliknya. Ada dua hal yang perlu diperhatikan : (1) Pada bentuk hubungan pelaku dengan kata kerjanya tidak erat, sehingga kedua unsur itu dapat dipisahkan oleh kata lain, misalnya kata-kata yang menyatakan aspek, modalitas, suasana, atau keterangan. (2) Pada bentuk pasif hubungan erat sekali sehingga antara keduanya tidak dapat disela oleh kata lain, seperti kata depan, aspek, modalitas, damn lain-lain.
Kalimat  Bervariasi berita-Perintah-Tanya
      Variasi ini adalah variasi jenis kalimat berdasarkan intonasinya. Berdasarkan intonasinya kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat perintah, kalimat tanya.Dan secara unum dikatakan bahwa kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan, kalimat tanya adalah kalimat yang menanyakan sesuatu, sedangkan kalimat perintah adalah kalimat yang isinya memerintah orag lain untuk melakukan sesuatu tindakan.
Kalimat Bervariasi Panjang Pendek  
      Paragraf yang baik, sebaiknya tidak seluruhnya kalimat panjang. Tetapi sebaliknya paragraf itu juga tidak terdiri atas kalimat-kalimat yang pendek semua.
Kesalahan Struktur
a.       Kesalahan struktur karena kerancuan aktif – pasif
b.      Kesalahan struktur karena subjek dan keterangan
c.       Kesalahan struktur karena pengantar kalimat
d.      Kesalahan struktur karena penghubung terbagi yang kurang tepat
e.       Kesalahan struktur karena ketiadaan induk kalimat
Kesantunan Sosiolinguistik Dalam Teks Keagamaan
Kesantunan sosiolinguistik yang digunakan dalam terjemahan teks Al-quran.
Berdasarkan analisis yang dilskuksn peneliti, dalam teks keagamaan, khususnya terjemahan Quran yang mengandung etika berbahasa terdapat bermacam-mavam kesantunan sosiolinguistik. Kesantunan yang dimaksud adalah merendahkan diri sendiri, menanyakan secara lebih rinci pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan sebagai bentuk penolakan terhadap perintah, menggunakan sindiran untuk meminang secara halus, mengucapkan dan menjawab salam, menggunakan eufimisme, mengucapkan’hithah’sambil membungkukkan badan, menggunakan panggilan kehormatan,mengucapkan kata-kata baik.selain itu, kesantunan berbahasa juga ditempuh dengan cara: berbicara dengan sabar dan berbicara dengan suara lunak, kesantunan lainnya adalah mengucapkan kalimat doa,menyelamatkan muka mitra bicara, memberi keputusan dengan adil, mematuhi perintah dan panggilan.
            Dapat disimpulkan bahwa teks terjemahan Quran mengandung pola-pola konstruksi yang men ggunakan kesantunan linguistik. Kesantunan linguistik yang terdapat dalam teks terjemahan Quran terdiri dari konstruksi deklaratif, konstruksi imperatif, konstruksi interogatif, dan konstruksi pengandaian. Kesantunan linguistik dalam teks terjemahan Quran lebih banyak berupa perintah dan larangan karena ketidaksederajatan antara penutur dan penutur atau pendengar. Namun demikian, perintah dan larangan tersebut dinyatakan dalam rentang kualitas bervariasi, dari tingkat kesantunan rendah hingga kesantunan tinggi. Kesantunan linguistik yang berupa perintah meliputi perintah, ajakan, dan anjuran, sedangkan kesantunan linguistik yang berups larangan mencakup larangan,peringatan,dan sindiran.
            Sebagian kesantunan linguistik diungkapkan dalam konstruksi imperatif, yang kemudian disusul dengan konstruksi deklaratif, interogatif, dan pengandaian. Hal ini menyiratkan adanya kesantunan dari tingkat rendah ke tinggi. Kesantunan linguistik dalam konstruksi imperatif ditandai dengan penonjolan pelaku, bermakna antonim, bermakna peringatan, dan penonjolan penderita. Sebagian dari kesantunan linguistik dalam konstruksi deklaratif  ditandai dengan penegas sesungguhnya, dan sebagian lainnya ditandai dengan penggabungan konstruksi deklaratif dan konstruksi interogatif. Adapun kesantunan linguistik dalam kontruksi imperatif ditandai dengan penonjolan pelaku, makna antonim, makna peringatan, dan penonjolan penderita.
isi Buku 



Minggu, 08 Juli 2012

Tugas Akhir


Tugas Reproduksi Mata Kuliah Membaca Komprehensif
Judul Buku : Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa
Penulis : Markamah, dkk.

Kalimat Efektif
            Dalam berkomunikasi secara lisan seseorang harus memperhatikan kalimat yang diucapkannya. Artinya penutur harus memperhatikan apakah kalimat yang diucapkannya bisa dipahami oleh orang lain dan apakah kalimat yang diucapkan bisa dipahami orang lain apakah kalimat yang diucapkan tidak menimbulkan salah tafsir. Sudahkah kalimat-kalimat kita memenuhi kaidah pemakaian bahasa yang baik. Ketika kita berkomunikasi dengan menggunakan bahsa lisan, kita juga perlu memperhatikan ketepatan, kelaziman, dan kebakuan kata yang kita ucapkan. Sebagai penutur yang baik kita tidak boleh mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak  memenuhi kaidah bahasa Indonesia. Demikian halnya dalam berkomunikasi secara tertulis. Artinya didalam menulis penulis harus memperhatikan kalimat-kalimat yang ditulisnya sehingga orang yang membaca tulisandapat memahami maksud yang akan sisampaikan. Dengan kata lain, kalimat yang kita tulis atau kita ucapkan hendaknya merupakan kalimat yang efektif.
a.       Ciri Gramatikal Kalimat Efektif
Ciri gramatikal adalah ciri yang harus dipenuhi oleh pemakai bahasa dalam kaitan dengan keterbatasan. Ciri ini dapat dilihat dari bidang Morfologi (ciri morfologis) dan bidang Sintaksis (ciri sintaksis).
-          Ciri gramatikal morfologis adalah ciri-ciri yang sesuai dengan kaidah morfologis. Misalnya, ciri-ciri yang berkaitan dengan penggunaan bentuk kata.
-          Ciri gramatikal sintaksis adalah ciri gramatikal yang berkenaan dengan kaidah sintaksis.
b.      Ciri Diktis Kalimat Efektif
Ciri diktis adalah ciri kalimat efektif yang berkaitan dengan pemilihan kata.
Kata yang dirangkai menjadi suatu kalimat merupakan kata-kata yang : (1) tepat bentuknya, (2) seksama (sesuai), dan (3) lazim.

Kalimat efektif menurut Soedjito adalah kalimat yang memenuhi pedoman pemilihan kata yang tepat. Meliputi : (1) pemakaian kata tutur, (2) pemakaian kata-kata bersinonim,(3) pemakaian kata yang bernilai rasa,(4)  pemakaian kata-kata/istilah asing,(5)  pemakaian kata konkret dan absrtrak,(6) pemakaian kata umumdan khusus,(7) pemakaian kata ideomatik, (8) pemakaian kata-kata yamg lugas.
            Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi penalaran. Kalimat yang memenuhi penalaran artinya kalimat yang secara nalar dapat diterima oleh akal sehat. Kalimat seperti adalah kalimat yang dapat dipahami dengan mudah, cepat, tepat, dan tidak menimbulkan salah pengartian. Kalimat ini juga tidak menimbulkan keraguan bagi pembaca atau pendengarnya. Kalimat ini disebut juga kalimat logis.
            Tercapainya kalimat logis didukung oleh beberapa komponen yaitu : kelogisan hubungan makna antara subjek dengan predikat, kelogisan hubungan makna antara subjek dengan predikat dan pelaku, kelogisan antara predikat dengan pelengkap atau objek. Kalimat efektif  juga harus memenuhi keserasian. Keserasian yang dimaksud disini adalah keselarasan atau kesesuaian situasi dengan ragam bahasa yang digunakan.
Kepaduan Dan Ketepatan Makna
            Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan supaya pemakai bahasa dapat menyusun kalimat yang padu. (1) Tidak meletakkan yang berupa klausa di antara S (subjek) dan P (predikat), (2) Tidak meletakkan keterangan aspek di depan S, (3) Tidak menempatkan keterangan aspek diantara pelaku dan pokok kata kerja yang merupakan kata kerja pasif bentuk diri, (4) Tidak menyisipkan kata depan diantara Pdan O (objek).
            Kalimat efektif adalah kalimat yang tepat maknanya. Ketepatan makna, di samping ditentukan oleh ketepatan letak unsur-unsur kalimat yang akan memantapkan makna, bisa juga ditentukan oleh ketidaan kata yang mubazir (kalimat hemat).
a.       Kemantapan makna kalimat
Kalimat yang maknanya mantap sama dengan kalimat yang tidak goyah maknanya. Kalimat yang mantap maknaya merupakan kalimat yang maknanya tidak mendua. Jadi, kalimat yang maknanya mendua atau bermakna ganda (ambigu) termasuk kalimat yang tidak efektif. Untuk mencapai makna yang mantap penutur atau penulis perlu menempatkan unsur-unsur kalimat pada tempat yang tepat. Selain itu unsur-unsur yang seharusnya ada tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya unsur-unsur yang tidak diperlukan tidak perlu diselipkan dalam kalimat.
b.      Kalimat hemat
Kalimat hemat merupakan kalimat yang tidak menggunakan kata-kata yang mubazir atau kalimat yang tidak mengandung unsur-unsur yang tidak diperlukan. Untuk menyusun kalimat hemat ada beberapa yang perlu diperhatikan. (1) Menghindari penggunaan kata depan yang tidak perlu, (2) Menghindari penggunaan kata yang menyatakan jamak jika sudah ada reduplikasi yang bermakna jamak atau ada kata lain yang bermakna jamak. (3) Menghindari penyebutan unsur-unsur klausa yang sama dalam satu kalimat, (4) Menghindari penggunaan hipernim untuk kata-kata hiponim, (5) Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak diperlukan dalam satu kalimat.
Kalimat Bervariasi
      Keefektifan kalimat, selain dilihat dari ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan, dan kehematan juga dilihat dari ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan, dan kehematan juga dilihat dari kevariasian. Kevariasian memang tidak langsung berdampak pada keselarasan, tetapi lebih berdampak pada ketepataan, gaya, atau keindahan. Kevariasian dapat menghindarkan pendengar dan atau pembaca dari kebosanan. Artinya, seseorang dalam berkomunikasi dituntut memilih kata,klausa,kalimat,bahkan paragraf yang bervariasi.
Kalimat Bervariasi Urutan
      Secara umum kebanyakan kalimat dalam bahasa Indonesia berurutan Subjek-Predikat (S-P). Jika ada Objek dan keterangan urutannya Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (S-P-O-K). Dengan urutan seperti itu, berarti S terdapat pada awal kalimat, P di belakangnya.
      Untuk menghindari kebosanan atau kejenuhan pembaca atau pendengar, pembicara atau penulis yang baik menggunakan urutan yang berbeda dengan urutan S-P-O-K. Urutan yang dipilih diantaranya adalah urutan yang dipilih di antaranya adalah urutan kalimat yang dimulai dengan menempatkan P atau K pada awal kalimat.
      Untuk menghasilkan variasi urutan yang baik, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan. (1) Keterangan kalimat yang letaknya bebas dapat dipertukarkan tempatnya. (2) Objek sebagai bagian dari predikat tidak dapat dipisahkan. (3) Predikat yang berupa verba pasif pelaku orang I dan II dan pokok kata kerja tidak dapat dipisahkan. (4) Predikat yang berupa kata kerja rangkap dapat diverivasikan dengan diinversikan (dibalik susunannya) atau diprolepsisikan (digeser posisinya). (5) Keterangan subjek tidak dipisahkan dengan subjeknya sebagai induknya. (6) Keterangan objek tidak dapat dipisahkan dengan objeknya.
Kalimat bervariasi Aktif-Pasif
      Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatya diisi oleh verba aktif. Verba aktif yang berimbuhan meN- yang bisa diikuti oleg objek (O) atau tidak. Objek adalah nomina yang mengikuti predikat verba transitif. Kalimat pasif adalah kalimat yang predikat diisi oleh verba pasif. Verba pasif adalah veba yang secara morfologis ditandai dengan penggunaan afiks di-,ter- atau pelaku orang I/II + pokok kata kerja. Variasi aktif-pasif adalah variasi yang terjadi  dalam pemakaian bahasa (bisa berupa kalimat atau wacana) yang didalamnya terdapat kalimat yang berwujud kalimat aktif dan kalimat yang berwujud kalimat pasif.
      Untuk mengidentifikasi adanya fariasi aktif-pasif dalam suatu wacana (paragraf) yang perlu dilakukan adalah mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis kalimatnya. Dengan begitu, setiap jenis kalimat perlu diidentifikasi apakah kalimat yang bersangkutan termasuk kalimat aktif atau pasif. Setelah diketahui bahwa kalimat-kalimat pada paragraf atau wacana itu semuanya kalimat aktif atau kalimat pasif barylah dapat ditentukan bahwa pada wacana itu tidajk terdapat variasi aktif –pasif. Selanjutnya, untuk menjadikan paragraf itu paragraf yang mengandung variasi aktif-pasif perlu dilakukan pengubahan sebagian kalimat aktif menjadi pasif atau sebaliknya. Ada dua hal yang perlu diperhatikan : (1) Pada bentuk hubungan pelaku dengan kata kerjanya tidak erat, sehingga kedua unsur itu dapat dipisahkan oleh kata lain, misalnya kata-kata yang menyatakan aspek, modalitas, suasana, atau keterangan. (2) Pada bentuk pasif hubungan erat sekali sehingga antara keduanya tidak dapat disela oleh kata lain, seperti kata depan, aspek, modalitas, damn lain-lain.
Kalimat  Bervariasi berita-Perintah-Tanya
      Variasi ini adalah variasi jenis kalimat berdasarkan intonasinya. Berdasarkan intonasinya kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat perintah, kalimat tanya.Dan secara unum dikatakan bahwa kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan, kalimat tanya adalah kalimat yang menanyakan sesuatu, sedangkan kalimat perintah adalah kalimat yang isinya memerintah orag lain untuk melakukan sesuatu tindakan.
Kalimat Bervariasi Panjang Pendek  
      Paragraf yang baik, sebaiknya tidak seluruhnya kalimat panjang. Tetapi sebaliknya paragraf itu juga tidak terdiri atas kalimat-kalimat yang pendek semua.
Kesalahan Struktur
a.       Kesalahan struktur karena kerancuan aktif – pasif
b.      Kesalahan struktur karena subjek dan keterangan
c.       Kesalahan struktur karena pengantar kalimat
d.      Kesalahan struktur karena penghubung terbagi yang kurang tepat
e.       Kesalahan struktur karena ketiadaan induk kalimat
Kesantunan Sosiolinguistik Dalam Teks Keagamaan
Kesantunan sosiolinguistik yang digunakan dalam terjemahan teks Al-quran.
Berdasarkan analisis yang dilskuksn peneliti, dalam teks keagamaan, khususnya terjemahan Quran yang mengandung etika berbahasa terdapat bermacam-mavam kesantunan sosiolinguistik. Kesantunan yang dimaksud adalah merendahkan diri sendiri, menanyakan secara lebih rinci pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan sebagai bentuk penolakan terhadap perintah, menggunakan sindiran untuk meminang secara halus, mengucapkan dan menjawab salam, menggunakan eufimisme, mengucapkan’hithah’sambil membungkukkan badan, menggunakan panggilan kehormatan,mengucapkan kata-kata baik.selain itu, kesantunan berbahasa juga ditempuh dengan cara: berbicara dengan sabar dan berbicara dengan suara lunak, kesantunan lainnya adalah mengucapkan kalimat doa,menyelamatkan muka mitra bicara, memberi keputusan dengan adil, mematuhi perintah dan panggilan.
            Dapat disimpulkan bahwa teks terjemahan Quran mengandung pola-pola konstruksi yang men ggunakan kesantunan linguistik. Kesantunan linguistik yang terdapat dalam teks terjemahan Quran terdiri dari konstruksi deklaratif, konstruksi imperatif, konstruksi interogatif, dan konstruksi pengandaian. Kesantunan linguistik dalam teks terjemahan Quran lebih banyak berupa perintah dan larangan karena ketidaksederajatan antara penutur dan penutur atau pendengar. Namun demikian, perintah dan larangan tersebut dinyatakan dalam rentang kualitas bervariasi, dari tingkat kesantunan rendah hingga kesantunan tinggi. Kesantunan linguistik yang berupa perintah meliputi perintah, ajakan, dan anjuran, sedangkan kesantunan linguistik yang berups larangan mencakup larangan,peringatan,dan sindiran.
            Sebagian kesantunan linguistik diungkapkan dalam konstruksi imperatif, yang kemudian disusul dengan konstruksi deklaratif, interogatif, dan pengandaian. Hal ini menyiratkan adanya kesantunan dari tingkat rendah ke tinggi. Kesantunan linguistik dalam konstruksi imperatif ditandai dengan penonjolan pelaku, bermakna antonim, bermakna peringatan, dan penonjolan penderita. Sebagian dari kesantunan linguistik dalam konstruksi deklaratif  ditandai dengan penegas sesungguhnya, dan sebagian lainnya ditandai dengan penggabungan konstruksi deklaratif dan konstruksi interogatif. Adapun kesantunan linguistik dalam kontruksi imperatif ditandai dengan penonjolan pelaku, makna antonim, makna peringatan, dan penonjolan penderita.
     



Nama: Suci Mahardikawati
Nim : A 310110068

Jumat, 08 Juni 2012

tugas


STRATEGI PEMBELAJARAN PAUD MELALUI METODE DONGENG BAGI PENDIDIK PAUD 

Sumber : Kusmiadi, ade; Sriwahyuningsih; dan Yuyun Nurfalah."Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik PAUD"Vol.3,No.2.
Abstact
Instuctional strategy is one of  important factor to achieve instuctional objectivs. This article discusses both strengthening of Early Childhood Education (ECE) techer in implementing instructional strategy through story telling method and some consideration upon the selection of appropriate story telling for ECE. It is one of the effective methods improving children’s competencies in many aspect. It could also improve the teacher’s knowledge and stimulate their creativity in developing larning method.
Keywords : Story telling lerning strategy, imagination, moral massages.

            Strategi pembelajaran merupakan salah satu faktor yang penting untuk mencapai objektivitas inruksional. Didalam artikel ini membahas penguatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), guru dalam menerapkan strategi instruksional melalui metode bercerita dan pertimbangan beberapa pada pilihan cerita yang sesuai diberikan untuk PAUD. Itu adalah salah satu metode efektif  meningkatkan kompetensi anak-anak di banyak aspek. Hal ini juga dapat meningkatkan pengetahuan guru dan merangsang kreativitas mereka dalam mengembangkan metode.
Kata kunci: bercerita strategi pembelajaran,imajinasi, pesan moral.

Mendongeng adalah media komunikasi yang disampaikan oleh penutur kepada pendengarnya. Strategi pembelajaran PAUD melalui metode dongeng merupakan suatu pola strategi kegiatan belajar (bermain) yang sengaja direncanakan secara sistematis oleh pendidik program PAUD. Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh PAUD tergantung pada pendekatan untuk menjalankan metode pembelajaran. Metode yang tepat dapat membawa pengaruh yang positif terhadap kemampuan kecerdasan anak. Oleh karena itu seorang pendidik harus memperhatikan metode yang digunakan agar semua dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hal-hal yang dapat di evakuasi kepada anak terkait dengan isi dongeng ialah judul, tokoh,pesan moral(makna/hikmah),alur, dan isi dongeng serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

STRATEGI PEMBELAJARAN PAUD MELALUI METODE DONGENG BAGI PENDIDIK PAUD 
Oleh :
Ade Kusmiadi, Sriwahyuningsih, dan Yuyun Nurfalah

Abstrac
Instuctional strategy is one of  important factor to achieve instuctional objectivs. This article discusses both strengthening of Early Childhood Education (ECE) techer in implementing instructional strategy through story telling method and some consideration upon the selection of appropriate story telling for ECE. It is one of the effective methods improving children’s competencies in many aspect. It could also improve the teacher’s knowledge and stimulate their creativity in developing larning method.

Keywords : Story telling lerning strategy, imagination, moral massages.

Sumber : Kusmiadi, Ade; Sriwahyuningsih; dan Yuyun Nurfalah."Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik PAUD". Vol.3,2008.No.2.  

            Strategi pembelajaran merupakan salah satu faktor yang penting untuk mencapai objektivitas inruksional. Didalam artikel ini membahas penguatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), guru dalam menerapkan strategi instruksional melalui metode bercerita dan pertimbangan beberapa pada pilihan cerita yang sesuai diberikan untuk PAUD. Itu adalah salah satu metode efektif  meningkatkan kompetensi anak-anak di banyak aspek. Hal ini juga dapat meningkatkan pengetahuan guru dan merangsang kreativitas mereka dalam mengembangkan metode.

Kata Kunci: bercerita strategi pembelajaran,imajinasi, pesan moral.

Mendongeng adalah media komunikasi yang disampaikan oleh penutur kepada pendengarnya. Strategi pembelajaran PAUD melalui metode dongeng merupakan suatu pola strategi kegiatan belajar (bermain) yang sengaja direncanakan secara sistematis oleh pendidik program PAUD. Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh PAUD tergantung pada pendekatan untuk menjalankan metode pembelajaran. Metode yang tepat dapat membawa pengaruh yang positif terhadap kemampuan kecerdasan anak. Oleh karena itu seorang pendidik harus memperhatikan metode yang digunakan agar semua dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hal-hal yang dapat di evakuasi kepada anak terkait dengan isi dongeng ialah judul, tokoh,pesan moral(makna/hikmah),alur, dan isi dongeng serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari.